Asam deoksiribonukleat
(DNA) merupakan suatu polimer dari nukleotida.
Komponen penyusun nukleotida terdiri dari basa nitrogen, gula dan
posfat. Basa nitrogen yang menyusun DNA ada
empat, yaitu adenin, guanine, sitosin dan timin. Adenin dan guanin adalah basa purin sedangkan
sitosin dan timin merupakan basa pirimidin.
Nukleosida merupakan basa nitrogen yang terikat secara kovalen kepada
gula. Gula ribosa yang menyusun DNA
merupakan gula deoksiribosa.
Maka, nukleosida pada DNA terdiri dari empat macam,
yaitu, deoksiadenin, deoksiguanosin, deoksitimidin dan deoksisitidin. Penelitian
keragaman genetik tanaman buah merupakan salah satu kegiatan penting untuk
mendukung pemuliaan tanaman. Perbedaan tanaman dapat dideteksi melalui beberapa
penanda, antara lain dengan pola pita DNA (Lamadji 1998).
yang sering
disebut sebagai penanda molekuler. Penanda molekuler berperan penting dalam
konservasi dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman. Dalam
DNA, nukleotidanya terhubung satu sama lain secara kovalen melalui ikatan 3’5’
posfodiester yang membentuk rantai pengulangan gula-posfat yang menjadi rangka
tempat terikatnya basa nitrogen. Urutan
DNA adalah urutan A, C, G dan T di sepanjang molekul DNA yang membawa informasi
genetik. Pada DNA double helix, kedua rantai DNA terikat melingkar satu sama lain.
dengan basa di bagian
dalam dan rangka gula-posfat di bagian luar.
Kedua rantai DNA terikat satu sama lain melalui ikatan hidrogen yang
terjadi melalui pasangan basanya : adenin dengan guanin dan timin dengan sitosin.
(B.D Hames dan N.M Hooper. 2000).
DNA merupakan untai ganda
berbentuk heliks yang kedua untainya mempunyai urutan nukleotida yang komplemen
dan terikat oleh ikatan hydrogen. DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen.
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan
nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Di dalam sel, DNA bertindak
sebagai penyimpan informasi gentik yang tersimpan sebagai genom (total
informasi genetic) dalam sel. Secara nyata DNA mengisi inti sel yang
penyimapanannya sangat terorganisasi dalam bentuk kromosom dan kromatid. DNA
tidak hanya terdapat pada eukariot, tetapi juga terdapat dalam mitokondria dan
kloroplastida. Pada eukariot, DNA di dalam kromosom merupakan molekul linear
yang berlipa-lipat dan spesies yang berbeda maka akan mempunyai jumlah kromosom
yang berbeda. Fungsi utama DNA adalah menyimpan dan mengorganisasikan informasi
genetic total dengan baik. (Visca Mahu.2010.http://www.scribd.com/Isolasi DNA)
Isolasi DNA adalah
prosedur yang umum untuk mengumpulkan DNA untuk analisis forensik atau pun
analisis molekuler lanjutan. yang menyusun DNA ada empat, yaitu adenin,
guanine, sitosin dan timin. Terdapat
tiga tahap dasar dan dua tahap opsional dalam ekstraksi DNA, yaitu : memecah
dinding sel,
arginin dan lisin, yang disebut histon,
berinteraksi secara ionik dengan anion dari gugus posfat dalam rangka DNA untuk
membentuk nukleosom, struktur di mana DNA
double helix terikat di sekitar pusat sebuah protein yang tersusun atas
pasangan-pasangan dari empat polipeptida histon yang berbeda (Gambar 2). Kromosom juga mengandung protein jenis lain,
yang disebut protein kromosomal nonhiston. (R.H Garrett dan C.M Grisham. 2003).
Pada dasarnya, sel mengandung dua asam
nukleat yaitu DNA dan RNA. DNA terletak pada kromosom, dijumpai di nukleus,
mitokondria dan kloroplas. Sedangkan RNA dijumpai di nukleus, sitoplasma, dan
ribosom. Pada dasarnya isolasi DNA dapat dilakukan dari berbagai sumber,
antara lain organ manusia, darah, daun, daging buah, serangga, kalus, akar
batang, daging dan sisik ikan.
DNA yang diperoleh memiliki
jenis jumlah dan ukuran yang sama. DNA yang diisolasi dari tanaman seringkali
terkontaminasi oleh polisakarida dan metabolit sekunder seperti tanin, pigmen,
alkaloid dan flavonoid. Sedangkan DNA dari hewan lebih banyak mengandung
protein. Salah satu kesulitan isolasi DNA dari tanaman tinggi adalah proses
destruksi dinding sel untuk melepaskan isi sel. Hal ini disebabkan karena
tanaman memiliki dinding sel yang kuat dan seringkali pada beberapa jenis
tanaman, kontaminasi tersebut sulit dipisahkan dari ekstrak asam nukleat.
Kehadiran kontaminasi di atas dapat menghambat aktivitas enzim, misalnya DNA
tidak sensitif oleh enzim restriksi dan menggangu proses amplifikasi DNA dengan
PCR.
(Diah
Kusumawati.2010.Isolasi DNA skala kecil.http://www.file.upi.edu/jur_pend isolasi dna).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar