I Have a dream That One day. . !!

Minggu, 21 Oktober 2012

KELARUTAN TIMBAL BALIK

TINJAUAN PUSTAKA

              Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.
              Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
              Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
              Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis.
              Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan.
            Faktor yang mempengaruhi kelarutan sifat dari solute dan solvent, cosolvensi, kelarutan, temperatur, salting out, salting in, dan pembentukan kompleks. Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain dalam kloroform.atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah dapat larut dalam air dan tidak larut dalam air. Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
 Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh ukuran partikel,  suhu / temperature dan pengadukan. Pengaruh ukuran pertikel, semakin halus solute, maka semakin kecil ukuran partikel, makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
Pengaruh suhu atau temperature umumnya apabila kenaikan suhu menambah maka kenaikan kelarutan solute. Pengaruh pengadukan pada suatu larutan umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar.
Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu, larutan gas dalam gas. Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk  larutan. Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, danCO2 lebih mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh :  Zat-zat yang mirip daya larutnya besar.Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.
Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
(Sukarjo, Kimia Fisika, hal: 143-146).
              Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam (miscible). Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase yang terpisah.
              Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
              Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya,  Pada system biner fenol –air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu.
              Suatu fase didefenisikan sebagai bagian system yang seragam atau homogeny diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk  fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Symbol umum untuk jumlah fase adalah P.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil atau mengendap.

DIAGRAM TERNER

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat- zat lain dala suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh perubahan temperature, tekanan serta konsentrasi zat tersebut. Sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa  biner. Banyaknya  komponen  dalam sistem C  adalah  jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk  menentukan  komposisi  semua  fase  yang  ada  dalam sistem.
Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam  system tidak bereaksi sehingga kita dapat menghitung banyaknya. Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak hanya dalam komposisi kimianya tetapi juga dalam keadaan  fisiknya. Contohnya: dalam sistem terdapat fasa padat, fasa cair dan fasa gas. Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P. Gas atau campuran  gas  adalah fasa  tunggal .  Kristal adalah  fasa tunggal dari dua cairan yang dapat bercampur secara total membentuk  fasa  tunggal.
Campuran dua logam adalah sistem dua fasa (P=2), jika logam-logam itu tidak dapat bercampur, tetapi merupakan sistem satu fasa(P=1), jika logam-logamnya dapat dicampur. Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs , jumlah terkecil perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai:
V = C – P + 2

Dimana  V = jumlah derajat kebebasan
   C = jumlah komponen
   P = jumlah fasa
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B.
(Ahsanudin Iwan. 2011. http://iwan.blogspot.com/2011/11/praktikum-kelarutan-zat-diagram-terner.html)
Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zatdalam suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupaion selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air).Makin banyak partikel zat terlarut makin banyak pula molekul air yang diperlukan untuk menghindari partikel zat terlarut itu.
Setiap pelarut memiliki batas maksimumdalam melarutkan zat. Untuk larutan yang terdiri dari dua jenis larutan elektrolit makadapat membentuk endapan (dalam keadaan jenuh).Pemisahan suatu larutan dalamcampuran dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan ekstraksi. Ektraksi merupakan suatu metoda yang didasarkan pada perbedaan kelarutankomponen campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak salingmelarutkan.  Kelarutan suatu zat adalah suatu konsentrasi maksimum yang dicapai suatu zatdalam suatu larutan. Partikel-partikel zat terlarut baik berupa molekul maupun berupaion selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air).
Makin banyak partikel zat terlarut makin banyak pula molekul air yang diperlukan untuk menghindari partikel zat terlarut itu. Setiap pelarut memiliki batas maksimumdalam melarutkan zat. Untuk larutan yang terdiri dari dua jenis larutan elektrolit maka dapat membentuk endapan (dalam keadaan jenuh). Jika kedalam sejumlah air kita tambahkan terus menerus zat terlarut lama kelamaan tercapai suatu keadaan dimana pada keadaan tersebiut semua molekul air akan terpakai untuk menghidrasi partikelyang dilarutkan sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang akan dtambahkan.Kita katakan larutan itu mencapai keadaan jenuh.
Zat cair yang hanya sebagian larut dalam cairan lainya, dapat dinaikan kelarutannyadengan menambahkan suatu zat cair yang berlainan dengan kedua zat cair yang lebih dahulu dicairkan. Bila zat cair yang ketiga ini hanya larut dalam suatu zat cair yang terdahulu, maka biasanya kelarutan dari kedua zat cair yang terdahulu itu akan menjadi lebih kecil. Tetapi bilazat cair yang ketiga itu larut dalam kedua zat cair yang terdahulu, maka kelarutan dari keduazat cair yang terdahulu akan menjadi besar.
Gejala ini dapat terlihat pada sistem kloroform-asam asetat- air. Bila asam asetat ditambahkan kedalam suatu campuran heterogen kloroform dan air  pada suhu tertentu, kelarutan kloroform dalam air akan bertambah, sehingga pada suatu ketikaakan menjadi homogen. Jumlah asam asetat yang harus ditambahkan untuk mencapai titik homogen (pada suhu tertentu tadi), tergantung dari komposisi campuran kloroform dalam air.
Untuk campuran yang terdiri atas tiga komponen, komposisi (perbandingan masing-masing komponen) dapat digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yangdisebut dengan Diagram Terner. Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan) atau fraksi mol (untuk gas).
Diagram tiga sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya. Untuk menentukan letak titik dalamdiagram segitiga yang menggambarkan jumlah kadar dari masing-masing komponen dilakukan sebagai berikut.
Suatu sistem tiga komponen yang mana mempunyai dua pengubah komposisi yang bebas, sebut saja X2 dan X3. Jadi komposisi suatu sistem tiga komponen dapat dialurkan dalam koordinat cartes dengan X2 pada salah satu sumbunya dan X3 pada sumbu yang lain yang dibatasi oleh garis , garis tersebut berbentuk X2 + X3 = 1.
Karena X itu tidak simetris terhadap ketiga komponen, biasanya, komposisi dialurkan pada suatu segitiga sama sisi dengan tiap-tiap sudutnya digambarkan suatu komponen murni, bagi suatu segitiga sama sisi, jumlah jarak dari seberang titik di dalam segitiga ketiga sisinya sama dengan tinggisegitiga tersebut.Jarak antara setiap sudut ke tengah-tengah sisi yang berhadapan dibagi 100 bagian sesuai dengan komposisi dalam persen. Untuk memperoleh suatu titik tertentu dengan mengukur jarak terdekat ketiga sisi segitiga.
Diagram tiga sudut atau diagram segita berbentuk segitiga sama sisi dimana sudut-sudutnya ditempati oleh komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang berada pada setiap sudutnya. Untuk menentukan letak titik dalam diagram segitiga yang menggambarkan jumlah kadar dari masing-masing komponen.
            Pada salah satu sisinya ditentukan kedua titik yang menggambarkan jumlah kadar zat dari masing-masing zat yang menduduki sudut pada kedua ujung sisi itu. Dari dua titik ini ditarik garis yang sejajar dengan sisi yang dihadapinya, titik dimana kedua garis itu menyilang, menggambarkan jumlah kadar masing-masing.Titik dimana terjadi kesetimbangan antara wujud satu fasa dengan dua fasa dari campuran ketiga komponen tersebut, apabila dihubungkan akan membentuk suatu diagram yang menunjukkan batas-batas antara daerah (region) satu fasa dengan daerah (region) dua fasa. Dua macam campuran pada titik kesetimbangan dapat dihubungkan dengan tie line apabila keduanya dicampurkan menghasilkan campuran  akhir yang berada pada daerah dua fasa. 

PENENTUAN ENERGI PENGAKTIFAN REAKSI IONIK

TINJAUAN PUSTAKA

Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari tentang kecepatan reaksi – reaksi kimia dan mekanisme reaksi – reaksi tersebut.
Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan hasil – hasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi – reaksi tersebut berlangsung dan dengan kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal terakhir ini dipelajari dalam kinetika kimia, hingga kinetika kimia merupakan pelengkap bagi termodinamika kimia.
Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi – reaksi yang berjalan sangat cepat seperti reaksi – reaksi ionik atau pembakaran dan reaksi – reaksi yang sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara kinetik. Di antara kedua jenis ini, banyak reaksi – reaksi yang kecepatannya dapat diukur. Kecepatan reaksi tergantung dari : jenis zat pereaksi, temperatur reaksi dan konsentrasi zat pereaksi.
Kenaikan  temperatur 10oC  rata – rata mempercepat reaksi 2 atau 3 kali lebih besar, hingga reaksi yang berjalan lambat pada temperatur kamar dapat berjalan cepat pada temperatur tinggi. Sebaliknya reaksi yang pada suhu kamar berjalan cepat, dapat “dibekukan” pada temperatur rendah. Konsentrasi pereaksi besar pengaruhnya pada kecepatan reaksi. Reaksi berjalan cepat pada awal reaksi, akan semakin lambat setelah waktu tertentu dan akan berhenti pada waktu yang tidak terhingga. Kecepatan reaksi biasanya dipelajari pada temeperatur tetap, dengan menggunakan thermostat. Untuk mengetahui koefisien temperatur terhadap kecepatan reaksi, dapat diadakan percobaan pada berbagai temperatur (Sukardjo, 2004).
Teori yang menjelaskan reaksi kimia berdasarkan pada tumbukan molekul tidak cukup kuat sampai dekade awal abad kedua puluh. Teori kinetik molekul yang pertama dikembangkan. Tercatat adanya distribusi energi kinetik dan laju molekul – molekul senyawa gas. Jumlah tumbukan antara molekul – molekul persatuan waktu dapat diturunkan dari teori kinetika molekul. Jumlah tersebut disebut frekuensi tumbukan.
Hanya sebagian tumbukan saja yang menghasilkan reaksi. Hal ini didasarkan pada dua faktor : (1) Hanya molekul – molekul yang lebih energetik dalam campuran reaksi yang akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan. (2) Kemungkinan (probabilitas) suatu tumbukan tertentu untuk menghasilkan reaksi kimia tergantung dari orientasi molekul yang bertumbukan.
Energi yang harus dimiliki oleh molekul untuk dapat bereaksi disebut energi aktivasi. Dengan teori kinetik molekul dapat ditentukan berapa fraksi dari seluruh molekul yang ada yang memiliki energi melebihi nilai tertentu. Pikirkanlah bahwa laju reaksi kimia tergantung pada hasilkali frekuensi tumbukan dengan fraksi dari molekul yang memiliki energi sama atau melebihi energi aktivasi. Karena fraksi dari molekul teraktifkan ini biasanya sangat kecil, laju reaksi jauh lebih kecil dari pada frekuensi tumbukannya sendiri. Tambahan lagi, semakin tinggi nilai energi aktivasi, semakin kecil fraksi molekul yang teraktifkan dan semakin lambat reaksi berlangsung.
Untuk membayangkan reaksi

A2(g)  +  B2(g)  → 2 AB(g)

Menurut pengertian teori tumbukan, anggaplaah bahwa selama tumbukan antara molekul A2 dan B2, ikatan – ikatan A – A dan B – B putus dan ikatan A – B terbentuk. Hasilnya adalah perubahan pereaksi – preaksi A2 dan B2 menjadi hasil reaksi AB. Molekul – molekul harus mempunyai orientasi tertentu bila tumbukan akan efektif untuk menghasilkan reaksi kimia.
Bila dinyatakan frekuensi tumbukan sebagai Z, fraksi molekul teraktifkan sebagai f, dan faktor probabilitas sebagai p, laju reaksi kimia memiliki rumuS.

Frekuensi tumbukan berbanding lurus dengan konsentrasi molekul – molekul yang terlibat dalam tumbukan (katakanlah A dan B). Dengan demikian, Z dapat diganti dengan [A]  x  [B], dan rumusan laju reaksi yang lebih dikenal ini dapat ditulis.
Teori tumbukan tampaknya membawa kita ke arah persamaan laju reaksi kimia yang umum, tetapi ada beberapa kekurangan pada hasil yang telah dikemukakan. Persamaan di atas menunjukkan sebuah reaksi dengan orde total dua, tetpi telah diketahui bahwa orde – orde reaksi lain mungkin ada.
            Satu alternatif penting tentang teori tumbukan telah dikembangkan oleh ahli kimia Amerika, Henry Eyring (1901 – 81), dan yang lainnya. Toeri ini dipusatkan pada spesies antara (intermediate species) yang disebut kompleks teraktifkan, yang terbentuk selama tumbukan energetik. Spesies ini ada dalam waktu yang sangat singkat, dan kemudian terurai, dapat kembali menjadi pereaksi – pereaksi awal (dalam hal ini tidak ada reaksi) atau menjadi molekul hasil reaksi.
            Pada kompleks teraktifkan terdapat ikatan lama yang meregang mendekati putus, dan ikatan baru hanya terbentuk sebagian. Hanya bila molekul – molekul yang bertumbukan mempunyai jumlah energi kinetik yang besar untuk disimpan dalam spesies tergangkan tersebut maka kompleks teraktifkan akan terbentuk. Energi yang dibutuhkan tersebut dinamakan energi aktivasi.
            Secara praktik telah diketahui bahwa reaksi – reaksi kimia cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang tinggi. Kita mempercepat reaksi biokimia tertentu dengan meningkatkan suhu, misalnya pada pemasakan makanan. Di lain pihak kita memperlambat beberapa reaksi dengan menurunkan suhu, seperti halnya pendinginan atau pembekuan makanan untuk mencegah pembusukan. Sekarang kita mempunyai penjelasan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi : Peningkatan suhu meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi (Ralph. H. Petrucci, 1985).
            Persamaan laju menunjukkan pengaruh dari perubahan konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi. Faktor – faktor lain yang juga berpengaruh terhadap laju reaksi termasuk di dalam tetapan laju, di mana sebenarnya tetap bila hanya konsentrasi dari reaktan yang dirubah. Ketika suhu dirubah atau katalis digunakan, barulah tetapan laju akan berubah.
Perubahan ini digambarkan secara matematis oleh persamaan Arrheniu.
Persamaan Arrhenius dapat digunakan untuk menggambarkan pengaruh dari perubahan suhu pada tetapan reaksi dan tentunya laju reaksi. Jika misalkan tetapan laju berlipat ganda, maka juga laju reaksi akan berlipat ganda. Faktor frekuensi, A, dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil.
Kita dapat melihat bahwa fraksi molekul – molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC. Hal ini membuat laju reaksi hampir menjadi berlipat ganda (Jim Clark : 2004).
Suatu reaksi dapat dipercepat dengan meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi. Peningkatan suhu adalah salah satu cara untuk meningkatkan fraksi tersebut. Cara lain yang tidak memerlukan peningkatan suhu ialah mendapatkan jalan reaksi dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
Fungsi katalis dalam suatu reaksi kimia adalah menyajikan alternatif tersebut. Dalam reaksi kimia, katalis sendiri tidak mengalami perubahan yang permanen. Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu senyawa sering bergantung pada penggunaanyang cocok. Selang suhu dan tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi – reaksi ini mutlak bagi makhluk hidup (Ralph. H. Petrucci, 1985).